Menantimu Pulang
Malam yang pecah, dengan hujan, hati pun mulai gundah.
Tak ada bintang bersinar dengan indah.
Kabut tebal mulai turun dari angkasa.
Hanya bulan yang seakan menjadi satu-satu nya cahaya.
Pecinta hujan pun mulai menikmati bau tanah basah yang mulai tercium sedari tadi hujan jatuh.
Ada resah yang dituangkan nya di secangkir kopi.
Masih ada duka yang tetap dia jaga di dalam dirinya.
Entah kapan akan merasa bahagia seutuhnya, duka ini sekan tak kunjung sirna.
Ucap resah bercerita kepada-Nya.
Doa ikhlas diucap oleh bibirnya yang mulai gigil karna dingin.
Ada yang jatuh dari pelupuk mata, karna tak bisa menahan rindu.
Merindukan dia yang pergi memanah bintang.
Tak pernah ada yang kembali dari memanah bintang.
Tak pernah ada jawaban dari penantian panjang.
Dalam diri selalu ada keyakinan.
Aku yakin kamu mendengar.
Aku yakin kamu merasaskan.
Bukankah tulang rusuk ku hidup dalam badan mu.
Kamu hanya tersesat.
Menanti waktu sasmpai akhirnya kita bertemu.
Waktu terus berlalu.
Musim demi musim pun berganti.
Aku masih disini.
Memandangi langit yang sama.
Meski entah kamu berada dimana.
Tak ada sesuatu yang buruk akan terjadi padamu.
Doa untukmu selalu ada didalam sujudku.
Haruskah habiskan waktu hanya untuk menanti?
Mustahil sekali kau tak akan kembali.
Percayakan hati, bahwa kau pasti kembali.
Percayak hati bahwa kita kan abadi.
Tak peduli akan berapa lama aku menanti.
Tawa kita saat bersama selalu aku nikmatim meski hanya di ingatan lalu.
Kenangan ini akan kekal sampai nanti.
Sampai kau kembali.
dan menjadi milik ku lagi.
Mari nikmati hari.
Nikmati kopi.
Cinta sampai mati.
Cerita kita kan abadi.
Tuhan tak pernah tuli.
Doa yang baik akan selalu dirertui.
Dengan siapapin kamu sekarang, bagaimanapun keadaanmu sekarang,
Akan selalu ada namamu di jantung ku.
Cepat pulang.
Lekas isi tahtamu dihatiku, lagi.
Hati ini sepi.
Bagai nisan mati di tengah pemakaman.
Dedaunan kering memenuhi pusara yang usang.
Tak ada bunga segar, pun doa dari yang berziarah.
Kembalikan kejayaan di dalam hatiku.
Hanya kamu yang bisa membuatku merasa hidup lagi.
Pelangi saja selalu muncul sehabis hujan membasahi bumi.
Mentari pun hadir setelah musim dingin.
Jadi, kembali sayang.
Senyum mu akan aku jamin.
Sampai nanti kita tua bersama,
Menanti anak cucu kita tumbuh dewasa.
Kita bersama, penuh dengan cinta.
Lekas pulang, lekas kita berbahagia, bersama.
Aku rindu, rindu menjadi kita.
Mesin Waktu
Ada seorang gadis yang
murung, merenung, akan penyesalan nya sendiri. Tentang langkah kaki yang
sudah salah dalam melangkah saat menentukan arah nya. Kenapa sasmpai
sejauh ini aku bisa melangkahkan kaki yang aku kendalikan sendiri?
Kini, aku berhadapan
dengan sebuah tembok yang pondasinya sendiri sudah sasngat rapuh, warna
cat yang sudah mulai usang dimakan oleh sang waktu. Ini jalan buntu!
Sekarang harus kemana
aku melangkahkan kaki? Berbalik arah lalu kembali ke awal? Itu tak akan
pernah mungkin, karna itu hanya akan membuang waktu yang aku punya.
Seperti mencintai seseorang yang seharusnya tak kamu cintai begitu
dalam, aku salah jalan.
Waktu, bawa aku kembali!
Bawa aku kembali untung mengulangi semuanya tanpa harus membuang
waktuku untuk berjuang sendiriam. Untuk tak mencintai sendirian.
Tidak! Tidak! Ini hanya
tembok penghalang biasa, Aku pasti bisa menembus tembok ini atau memang
aku harus kembali membuang waktu ku untuk sekedar menghapus semua jejak
yang sudah aku ukir sampai akhirnya aku bisa berdiri disini.
Tuhan, tuntun. Beri aku
mesin waktu, aku tak mau hidup di dalam rasa penyesalan.Kenapa kau
membiarkan aku berjalan sendirian sampai akhirnya aku disini, sendiri,
tak tau arah dan tujuanku melangkahkan kaki kedepannya.
Apa aku tak berhak
bahagia? Apa aku tak berhak berdua? Apa aku hina untuk dipuja? Apa aku
nista untuk dicinta? Janggan biarkan aku larut dalam penyesalan yang tak
berujung, gadis mungil-Mu ini masih ingin dituntun oleh-Mu agar sampai
ke tujuan yang sesungguhnya. Ulurkan tangan-Mu, genggam jemari mungilku,
giring aku kembali untuk berdiri dengan kuat dan ajari aku untuk
mengerti apa arti sebenarnya dari "Jangan menyerah" karna aku ingin bisa
berdiri kembali di atas kaki ku sendiri untuk bisa menentukan kembali
akan dibawa kemana arah kakiku melangkah pergi. Meski langah kaki mu
melangkah untuk menjauh pergi.
Sayang, jangan hanya
karna seseorang mau berlama-lama untuk menunggu, tak berarti kamu bisa
seenaknya mengulur waktu. Semua bukan hanya perihal waktu, ini semua
perihal perasaan dua orang yang berjuang bersama agar kaki berjalan
berirama. Aku masih menunggu.
Dariku, perempuan yang setia menunggumu, menjadi lelakiku.
Untuk Perempuanmu
Disini.
Di teras sebuah rumah ditemani sang surya yang mulai tenggelam, dengan
secangkir kopi yang sudah mulai kehilangan rasa hangatnya. Ada
perempuanmu yang tak lelah menunggu lelakinya untuk pulang.
Dikuasai
rasa gelisah, perempuanmu menyebut namamu didalam do'a nya. Berharap
tuhan mendengar dan menggiring lelakiku kembali ke pelukanku.Dimana
kah kamu? Aku bosan harus tertidur dengan perasaan yang kalut, bisakah
kamu tengok rinduku? Dengan hadirmu dan pelukan hangatmu di tubuhku saat
ini? Aku bahkan lupa bagaimana cara tersenyum bahagia setelah aku
kehilangan sosokmu. Bagiku, yang sulit itu bukan saat aku kehilanganmu,
tapi saat aku harus memulai kembali kehidupanku pasca kehilanganmu.
Itulah perihal yang sulit aku lakukan.Beberapa
musim sudah aku lalui tanpa hadirmu disampingku. Tapi tidak dengan
hatiku. Hatiku masih menyimpan namamu di tahta paling tertinggi. Tak
rindukah kamu menempati singgah sanamu di dalam hatiku yang sudah
terbangun dengan perasaan yang sangat megahnya? Mungkin tidak.Semoga
kamu bertemu orang yang mencintaimu dengan tulus. Agar aku bisa
melepasmu dengan ikhlas. Untuk perempuan yang sedang ada di dalam
pelukan lelakiku, jaga dia dengan baik, peluk dia dengan kebahagiaan.
Agar aku mengerti benar bagaimana caranya mengikhlaskan. Semoga bahagia
selamanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar